Beranda | Artikel
Al-Wajiiz, Kitab Nikah
5 hari lalu

DAFTAR ISI

  1. Kitab Nikah
  2. Siapakah Wanita dan Lelaki Pilihan?
    • Melihat Wanita yang Dipinang
    • Khitbah (Meminang)
  3. Akad Nikah
    • Keharusan Meminta Persetujuan Wanita Sebelum Pernikahan
    • Khutbah Nikah
    • Sunnahnya Tahniah (Ucapan Selamat) Pernikahan
    • Mahar (Maskawin)
  4. Kapan Disunnahkan bagi Suami Untuk Membawa Istrinya?
    • Apa yang Disunnahkan bagi Suami jika Hendak Mendatangi Isterinya?
  5. Kewajiban Mengadakan Walimah
  6. Berapakah Wanitakah yang boleh Dinikahi?
    • Al-Muharramat (yang Haram Dinikahi) dari Kalangan Wanita
    • Jumlah Penyusuan yang Menjadikan Haram Dinikahi
    • Wanita-Wanita yang Diharamkan Sementara
  7. Pernikahan yang Dilarang
    • Nikah dengan Niat Talak
  8. Hak-Hak Suami Isteri
    • Hak-Hak Isteri atas Suami
  9. Hak-Hak Suami atas Isteri
  10. Perselisihan Rumah Tangga
    • Mengobati Kedurhakaan Isteri
    • Mengobati Kedurhakaan Suami
  11. Apa yang Harus Dilakukan jika Konflik antara Suami Isteri Semakin Memanas?
    • Mengapa Engkau Mengharamkan apa yang Telah Dihalalkan oleh Allah untukmu?
    • Al-Ila’ (Sumpah Seorang Suami bahwa Ia tidak Akan Berkumpul dengan Isterinya)
    • Zhihar (Ucapan seorang Suami kepada Isterinya Bahwa Ia seperti Zhahr (punggung Ibunya)
  12. Talak (Perceraian)
  13. Al-Khulu (Minta Cerai)
  14. Iddah
  15. Al-Istibra (Masa Menunggu bagi seorang Wanita setelah mengandung)
    • Al-Hadhanah (Hak Pemeliharaan)

Nikah termasuk salah satu di antara Sunnah para Rasul yang paling ditekankan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً

Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan.” [Ar-Ra’d/13: 38]

Dimakruhkan meninggalkan Sunnah ini tanpa alasan, sebagaimana disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata :

جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوْتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوْا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا، فَقَالُوْا: وَأَيْنَ نَحْنُ مِنْ رَسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَدْغُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَاتَأَخَّرَ. فَقَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا، فَأَنَا أُصَلِّى اللَّيْلَ أَبَدًا، وَقَالَ الآخَرُ: أَنَا أَصُوْمُ الدَّهْرَ وَلاَأُفْطِرُ وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا. فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: ((أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا؟ أَمَّا وَاللهِ إِنِّى َلأَخْشَاكُمْ ِللهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، وَلَكِنِّى أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى)).

Ada tiga laki-laki datang ke rumah isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menanyakan tentang ibadah beliau, setelah diceritakan kepada mereka, maka mereka merasa bahwa ibadah mereka itu sedikit, kemudian mereka berkata, “Di manakah posisi kami dibanding Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan beliau telah diampuni segala dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Maka salah seorang di antara mereka berkata, ‘Aku akan shalat malam selamanya.’ Seorang lagi berkata, ‘Aku akan berpuasa sepanjang tahun tanpa berbuka,’ dan yang lain berkata, ‘Aku akan menghindari wanita dan tidak akan menikah selamanya.’ Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan bersabda, ‘Kaliankah yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan bertakwa kepada Allah daripada kalian, tetapi aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa membenci Sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.”

Bagi orang yang telah mampu dan takut dirinya terjatuh ke dalam perbuatan keji, maka nikah adalah wajib hukumnya, karena zina dan segala sesuatu yang mendorong seseorang kepada perbuatan tersebut adalah haram. Orang yang takut dirinya akan terjerumus kepada perbuatan zina, maka ia harus mengantisipasinya. Dan apabila hal itu tidak dapat tercapai kecuali dengan menikah, maka wajib baginya untuk menikah.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/131074-al-wajiiz-kitab-nikah.html